Somnambulisme "Jogging dalam Tidur" - Gabriella Victoria

Sabtu, 31 Agustus 2013

Somnambulisme "Jogging dalam Tidur"

http://static.liputan6.com/201211/tidur-cantik-121107b.jpgBanyak orang yang menderita penyakit gangguan tidur yakni berjalan sambil tidur, akan tetapi tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tsb. Penyakit somnambulismus kini menjadi fenomena yang menarik, karena banyak diantara penderitanya celaka atau mencelakakan orang lain. Kebanyakan penderita penyakit berjalan sambil tidur adalah anak-anak yang berumur antara 5 sampai 12 tahun. Namun juga tidak jarang orang dewasa yang mengidap penyakit gangguan tidur tsb. Kisah memilukan dari penyakit somnambulismus cukup banyak. Belum lama ini di Jerman, seorang ayah memukul anak perempuannya yang berumur 5 tahun sampai meninggal dalam kondisi somnambulismus. Pagi harinya ketika semua anggota keluarga terbangun, barulah disadari apa yang telah terjadi malam sebelumnya. Polisi menyerahkan pelaku ke seoarng psikiater ahli gangguan tidur. Memang setelah dilakukan pemeriksaan kedokteran, tindakan brutal tsb dilakukan di bawah sadar. Walaupun tidak dihukum, namun kehilangan anak yang sangat dicintainya ditangannya sendiri, amat memukul perasaan si ayah. Kisah semacam itu amat banyak. Selain mencelakan orang lain, juga penderita penyakit berjalan sambil tidur, seringkali mencelakakan dirinya sendiri. Misalnya cerita seorang pemuda yang hanya mengenakan piyama, dan menggigil kedinginan di trotoar yang penuh salju di musim dingin. Ketika polisi dan dokter datang, barulah pemuda tadi sadar, bahwa dia berjalan ke luar rumah sambil tidur. Para pakar gangguan tidur menduga, penyakit berjalan sambil tidur merupakan efek dari belum matangnya bagian otak yang mengatur siklus bangun dan tidur. Terbukti kebanyakan penderitanya adalah anak-anak. Penyakit somnambulismus mulai muncul pada saat anak-anak belajar berjalan. Seiring bertambahnya umur dan kedewasaan, pelan-pelan kecenderungan penyakit somnambulismus mereda. Namun kini terdapat situasi ekstrim, yang menyebabkan banyak orang dewasa menderita penyakit somnambulismus. Göran Hajak, pimpinan pusat penelitian kedokteran tidur di Universitas Regensburg mengatakan, sekitar 6 persen remaja juga masih mengalami somnambulisme. Yang tragis, satu diantara 1.000 penderita penyakit berjalan sambil tidur, melakukan aksi perusakan atau kekerasan dalam keadaan tidak sadar. Sejauh ini para ahli gangguan tidur belum mengetahui persis mekanisme pemicu somnambulismus. Diduga stress atau demam, bisa menyebabkan munculnya gangguan tidur tsb. Juga terdapat kecenderungan, somnambulismus merupakan penyakit genetika.
Memang kebanyakan penderita penyakit berjalan sambil tidur ini tidak membahayakan. Yang paling sering dilakukan para penderitanya adalah kencing sembarangan atau membuka kulkas dan memakan isinya. Para peneliti gangguan tidur juga menyebutkan, somnambulismus tidak berkaitan dengan mimpi. Sebab pada saat bangun dan berjalan, aktifitas otak penderitanya menunjukan sedang tidur lelap. Pada fase tidur lelap biasanya tidak terjadi aktivitas mimpi. Yang jelas mereka yang mengidap penyakit berjalan sambil tidur, bagian otak yang mengatur siklus tidur dan bangun sedang dalam kondisi kacau. Otak masih berada dalam kondisi tidur, tapi saraf motoriknya sudah bangun. Hajak mengatakan, berdasarkan pengukuran aktifitas gelombang otak, pada penderita somnambulismus, terjadi perubahan mendadak dari tidur lelap ke fase bangun. Pada situasi normal fasenya berlangsung bertahap dari tidur lelap, mulai bangun dampai aktif kembali. Para ahli menyarankan, bila anak-anak setelah melewati masa pubertas juga masih mengidap somnambulisme, orang tua harus secepatnya membawanya ke dokter. Juga bila terlihat kecenderungan agresif saat berjalan sambil tidur. Para dokter atau psikiater biasanya memberinya terapi psikiatri dan obat-obatan. Bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan somnambulisme, para dokter akan memberinya obat-obatan, baik yang membuat tidurnya lebih lelap, atau yang membuat fase tidurnya rata sehingga mencegah perubahan seketika. Jika anak-anak menderita penyakit berjalan sambil tidur, para dokter menyarankan agar mereka jangan dibangunkan. Sebab anak-anak bisa panik, jika mengetahui mereka tidak berada di tempat tidur tapi di tempat lain. Biasanya jika mereka dibimbing kembali ke tempat tidurnya, anak-anak akan melanjutkan tidurnya. Juga jika diketahui anak sering mengalami gangguan tidur berupa somnambulismus, orang tua harus menyingkirkan barang berbahaya dari kamar anak-anak. Pintu rumah dan jendela harus dikunci, agar anak tidak berjalan ke luar rumah. Langkah berikutnya adalah membawa anak-anak ke dokter ahli gangguan tidur.

Tidak ada komentar:

@way2themes