1.
Kabinet Natsir (September 1950 – Maret 1951)
Cabinet ini dipimpin oleh Muhammad Natsir, sebagai perdana menteri. Cabinet
ini didominasi oleh Partai Masyumi. Kedudukan cabinet ini mulai goyah karena
kegagalannya dalam perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Cabinet jatuh
setelah PNI mengajukan mosi tidak percaya menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS
2.
Kabinet Sukiman (april 1950 – April 1952)
Cabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi. Cabinet ini
dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo sebagai perdana menteri. Cabinet mulai goyah
akibat adanya kesepakatan antara Menteri Luar Negeri Ahmad Subarjo dan Dubes
Amerika Serikat Merle Cochran tentang bantuan ekonomi dan militer. Cabinet Sukiman
dianggap telah menyelewengkan Indonesia dari politik luar negeri bebas aktif. Setelah
PNI dan Masyumi menarik dukungannya cabinet ini pun jatuh
3.
Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953-Juli
1955)
Merupakan koalisi antara PNI dan NU. Cabinet
ini dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamijoyo sebagai perdana menteri. Cabinet ini
menghadapi ujian berat ketika terjadi kemelut dalam tubuh angkatan darat. Namun,
cabinet ini berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Krisis
ekonomi dan perseteruan antara PNI dan NU membuat NU menarik dukungannya
sehingga cabinet ini pun jatuh.
4.
Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-Maret
1956)
Pada tanggal 29 Juli 1955 Moh Hatta mengumumkan
tiga orang formatur untuk membentuk cabinet baru. Ketiga formatur itu terdiri
dari Sukiman (Masyumi), Wilopo (PNI), dan Assaat (nonpartai). Ketiga orang itu
sepakan akan menempatkan Moh Hatta sebagai perdana menteri dan menteri
pertahanan. Namun, kesulitan muncul karena Moh Hatta masih menjabat sebagai
wakil presiden. Kemudian muncul perbedaan pendapat antara PNI dan Masyumi. Formatur
mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk menonaktifkan Moh Hatta dari jabatan
wapres selama ia menjadi perdana menteri. Pada tanggal 3 Agustus 1955, formatur
mengembalikan mandate. Moh Hatta kemudian menunjuk Burhanuddin Harahap untuk
membentuk cabinet.
5.
Kabinet Ali Sastroamijoyo 2 (Maret 1956-Maret
1957)
Cabinet ini adalah cabinet pertama setelah
pemilu 1955. Dipimpin oleh Ali sastroamijoyo. Merupakan koalisi dari 3 partai
yaitu PNI, Masyumi dan NU. Cabinet ini mengalami pergolakan di daerah yang
semakin menguat seperti pembentukan dewan militer Sumatera dan Sulawesi. Mundurnya
sejumlah menteri dari Masyumi membuat cabinet ini jatuh
6.
Kabinet Karya/Juanda (April 1957-Juli 1959)
Cabinet ini dipimpin oleh Juanda sebagai
perdana menteri. Cabinet ini terdiri atas para pakar di bidangnya sehingga
disebut zaken cabinet. Cabinet ini memiliki program bernama Panca karya. Cabinet
ini demisioner saat Presiden Soekarno mencanangkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
http://www.facebook.com/gabriella.victoria3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar